Rabu, 25 Mei 2011

Alasan Penggaris Standar Hanya Dibuat 30 cm



Kalau anda pernah melihat penggaris yang dipakai di sekolah dasar dan menengah, kemungkinan besar penggaris itu panjangnya 30 sentimeter. Tigapuluh sentimeter itu lebih kurang sama dengan 12 inci atau 1 kaki (foot, ini satuan panjang ala Kerajaan Inggris).
Dalam bidang komputer dan elektronika, panjang 30 sentimeter memiliki arti khusus. Arti khusus yang penting dan menjadi pegangan dalam merancang dan membangun rangkaian mikroelektronika dan rangkaian terpadu (integrated circuit, IC).
Tigapuluh sentimeter lebih kurang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang elektromagnetik dalam waktu satu per milyar detik. Perioda satu per milyar detik berkorespondensi dengan frekuensi 1 milyar daur (cycle) per detik (giga hertz, GHz), jadi lebih kurang pada orde/skala yang sama dengan kecepatan komputer saat ini.
Faktor 30 sentimeter menjadi penting dalam merancang sebuah rangkaian elektronika yang beroperasi pada frekuensi GHz. Dalam rangkaian elektronika skala GHz, daur arus listrik dalam rangkaian akan menghasilkan gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang pada sekitar skala sentimeter. Jika rangkaian elektronika tersebut berukuran juga pada skala sentimeter, maka insinyur yang merancang rangkaian tersebut harus mempertimbangkan faktor waktu yang diperlukan untuk perambatan gelombang elektromagnetik dalam rangkaian.
Problem serupa, yakni memperhitungkan faktor waktu yang diperlukan untuk perambatan gelombang elektromagnetik, muncul dalam banyak teknologi sehari-hari: radar, telekomunikasi seluler dan satelit, jaringan serat optik (optical fiber), global positioning system, perpetaan, geodesi, dan banyak lagi.
Dalam fisika partikel eksperimen, problem ini muncul ketika fisikawan harus mempertimbangkan waktu tempuh sinyal dalam serat optik dari detektor yang terletak 100 meter di bawah tanah ke komputer yang membaca dan menyimpan data di permukaan tanah. Sebagai contoh, akselerator LHC beroperasi dengan frekuensi 40 MHz atau periode 25 per milyar detik. Setiap 25 per milyar detik, terjadi beberapa tumbukan/interaksi di dalam detektor. Dengan menggunakan aturan 30 sentimeter, kita tahu bahwa selama 25 per milyar detik, cahaya akan menempuh jarak 7.5 meter. Padahal jarak dari bawah tanah ke permukaan tanah adalah 100 meter lebih! Sebelum sinyal dari detektor mencapai permukaan tanah dan direkam dalam komputer, detektor sudah menerima data kembali!
Padahal detektor di bawah tanah pada umumnya memerlukan konfirmasi (handshake) dengan komputer yang terletak di permukaan: apakah sinyal/informasi yang dikirimkan sudah sampai atau belum. Dengan pertimbangan itu, maka detektor di bawah tanah dirancang untuk menyimpan sementara data-data tumbukan/interaksi partikel dalam sebuah tempat penyimpanan sementara (buffer memory). Sehingga bila karena suatu sebab kiriman informasi dari bawah tanah ke permukaan terganggu, detektor di bawah tanah akan menerima kabar dari komputer di permukaan bahwa informasi yang dikirim belum diterima, dan bisa dikirimkan kembali.
Kok bicara fisika partikel eksperimen kedengarannya seperti teknik elektro atau instrumentasi! Ini semua karena kebutuhan untuk membangun alat eksperimen fisika partikel diperlukan kerjsama antara fisikawan dengan insinyur: baik insinyur teknik tenaga listrik, teknik elektronika, teknik mesin, teknik pendinginan, teknik komputer, teknik sipil, dll. Tanpa kerjasama tersebut, tidaklah mungkin alat dan fasilitas eksperimen fisika partikel bisa dibangun.


Resep Cheese Cake




Bahan:
  • 200 gram gula halus
  • 300 gram mentega
  • 7 butir kuning telur
  • 5 putih telur, kocok hingga kaku
  • 250 gram tepung terigu
  • 200 gram keju, parut
Hiasan:
  • 50 gram dark cooking chocolate, tim
  • 50 gram white cooking chocolate, tim
  • 5 buah stroberi, belah dua
Cara Membuat:
  1. Kocok gula halus dan mentega hingga mengembang dan putih, masukkan kuning telur secara bertahap, kocok hingga rata.
  2. Masukkan terigu, aduk rata. Masukkan 150 gram keju, aduk rata.
  3. Masukkan putih telur (yang telah dikocok), aduk hingga rata. Tuang dalam cetakan bulan diameter 20 cm yang telah diolesi margarin dan dialas kertas roti. Taburi atasnya dengan sisa keju.
  4. Panggang dalam oven bersuhu 180 derajat Celcius selama 45 menit atau hingga matang. Angkat. Keluarkan dari cetakan dan dinginkan.
  5. Sajikan cheese cake dengan hiasan dark dan white cooking chocolate serta stroberi.

Resep Chocochip Cookies




Bahan A:
  • 180 gram mentega/butter
  • 125 gram gula palem
  • 150 gram gula pasir
  • 3 gram garam
  • 1/4 sdt vanili
Bahan B:
  • 2 butir telur
Bahan C:
  • 365 gram tepung terigu protein rendah
  • 3 gram baking powder
Bahan D:
  • 400 gram chocochips
Cara Membuat:
  1. Kocok bahan A hingga putih dan halus, masukkan bahan B, kocok sebentar, matikan mixer.
  2. Tambahkan bahan C, aduk rata. Masukkan bahan D, aduk rata.
  3. Cetak adonan (bisa menggunakan 2 sendok), lalu susu di atas loyang yang telah dioles tipis dengan mentega putih. Istirahatkan selama 1 jam.
  4. Panggang dalam oven dengan suhu 160 derajat Celcius selama 15-20 menit atau hingga matang.

Resep Fortune Cookies




Resep Bahan Fortune Cookies :
  • 3 putih (90 gram ) telur
  • 1/4 sendok teh cream of tartar
  • 1/4 sendok teh garam
  • 100 gram gula pasir halus
  • 75 gram tepung terigu protein sedang
  • 1/8 sendok teh kayumanis bubuk
  • 50 gram mentega tawar, lelehkan
  • 1/8 sendok teh esens vanila
Cara Membuat Fortune Cookies :
  1. Kocok putih telur, cream of  tartar, dan garam sampai setengah mengembang. Tambahkan gula pasir halus sedikit-sedikit sambil dikocok sampai mengembang.
  2. Masukkan tepung terigu dan kayumanis bubuk sambil diayak dan diaduk rata.
  3. Tambahkan mentega tawar leleh dan esens vanila sedikit-sedikit sambil diaduk perlahan.
  4. Ambil 1/2 sendok makan adonan. Pipihkan di atas silpat. Bentuk bulat diameter 6 cm. Oven 4 menit dengan suhu 190 derajat Celsius.
  5. Panas-panas, lipat dua. Tekuk dua. Biarkan kering.
Untuk 200 gram
Tips : Oven kue maksimal 4 lembar agar lebih mudah dibentuk dan tidak cepat kering.

Selamat mencoba

Coelophysis



Coelophysis berarti "bentuk berongga" mengacu pada tulang rongga (κοιλος Yunani / koilos berarti 'rongga' dan 'physis' φυσις / yang berarti bentuk). Celophysis adalah karnivora kecil berkaki dua,  yang hidup pada Trias Akhir  (tahap Norian) dari Amerika Serikat barat daya.
Coelophysis bauri diketahui dari sejumlah kerangka fosil lengkap.C. bauri adalah dinosaurus ringan dibangun yang diukur hingga 3 meter (9,8 kaki) panjangnya dan yang lebih dari satu meter dipinggul

Coelophysis sangat ramping dan mungkin merupakan pelari cepat.  Meskipun menjadi seorang dinosaurus awal, evolusi bentuk tubuh theropoda sudah berkembang pesat dari makhluk seperti Herrerasaurus dan Eoraptor. Batang tubuh Coelophysis sesuai dengan bentuk dasar tubuh theropoda, tetapi menampilkan dada beberapa karakteristik khusus yang menarik. C. bauri memiliki furcula (wishbone), contoh awal dikenal dalam dinosaurus. Coelophysis juga memiliki bentuk tubuh yang hampir mirip dengan nenek moyangnya yang memiliki empat digit di tangan (manus). 
  

Sejarah Asal usul dan Manfaat Tempe


Penelusuran asal-usul tempe cukup sulit karena menghadapi beberapa kendala, diantaranya karena faktor tulisan dan bahasa. Tulisan Jawa Kuno sudah hampir punah dan bahasa Jawa Kuno nyaris berubah menjadi bahasa Jawa Baru.

Dalam buku Bunga Rampai Tempe Indonesia, Mary Astuti, seorang pakar tempe dari Universitas Gajah Mada menuliskan asal-usul kedelai dan tempe berdasarkan hasil penelusuran dokumen yang ada. Menurutnya (dari dua buah kamus), kedelai berasal dari bahasa Tamil (India Selatan) yang berarti kacang kedelai (mung bean, soybean).

Berdasarkan catatan para pedagang Cina yang datang ke Jawa pada zaman Dinasti Sung (abad X), pulau Jawa merupakan daerah pertanian yang subur dengan hasil pertanian berupa padi, rami, dan polong-polongan, tetapi tidak terdapat gandum (Groenevelt, 1960). Para pedagang Cina yang berdagang dengan orang Jawa memberikan informasi (sekitar abad XXI) bahwa barang-barang dagangan dari Jawa adalah kapuk, buah pinang, pala, fuli, cengke, gambir, nangka, dan pisang. Sebaliknya, dari Cina diimpor boraks, sutera, dan aluminium. Kedelai tidak disebutkan dalam daftar komoditas impor Cina tersebut, suatu bukti bahwa kedelai belum diperhatikan dan dibudidayakan di negeri Cina.

Mary Astuti menulis bahwa dalam pustaka Serat Sri Tanjung (sekitar abad XII dan XIII) yang bercerita mengenai Dewi Sri Tanjung, terselip kata kedelai yang ditulis sebagai kadele. Salah satu baitnya menggambarkan jenis tanaman di Sidapaksa yang mengandung kata kedelai, kacang wilis, dan kacang luhur.

Kata kedelai tidak hanya ditemui dalam Serat Sri tanjung, tetapi juga dalam Serat Centhini. Oleh penulisnya, Serat Centhini disebut Suluk Tambangraras. Pada Serat Centhini, kata kedelai terdapat pada jilid II, sedangkan kata tempe terdapat pada jilid III. Serat Centhini jilid III tersebut menggambarkan perjalanan Mas Cebolang dari Candi Prambanan menuju Pajang dan mampir di Tembayat, Kabupaten Klaten. Di sana, Pangeran Bayat dijamu dengan lauk-pauk seadaanya, termasuk tempe.

Dalam The Book of Tempeh Dr. Sastroamijoyo memperkirakan bahwa tempe sudah ada lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Saat itu bangsa Cina membuat makanan dari kedelai yang hampir mirip tempe, yaitu koji (sejenis kecap). Makanan tersebut terbuat dari kacang kedelai matang yang diinokulasi dengan Aspergillus oryzae. Metode inokulasi ini kemudian dibawa para pedagang Cina ke Pulau Jawa dan dimodifikasi agar sesuai dengan selera orang Jawa. Modifikasi dilakukan dengan mengganti Aspergillus oryzae dengan Rhizopus yang sesuai dengan iklim Jawa.
Pada zaman Jawa kuno, terdapat makanan yang dibuat dari sagu, disebut tumpi (Zoetmulder, 1982). Oleh sebab tempe juga berwarna putih dan penampakannya mirip tumpi maka makanan olahan kedelai ini disebut tempe.
Penemuan-penemuan tersebut sudah merupakan bukti yang cukup untuk memastikan bahwa tempe berasal dari Jawa. Tempe merupakan ciptaan dan menjadi budaya orang Jawa. Penyebaran tempe saat ini sudah berkembang di seluruh tanah air dan tidak terlepas dari ciri-ciri dan budaya Jawa itu sendiri.

Asal Aula Terbentuknya Bumi


Planet kita diperkirakan mulai terbentuk 4,5 miliar tahun yang lalu. Sejak itu penampilan aslinya hampir tidak pernah berubah. bumi ini cocok untuk menciptakan dan mengembangbiakkan bentuk kehidupan sejak pertama kali terbentuk. Tim peneliti barat menolak teori tentang bumi seluruhnya diselubungi samudera sebelum spesies laut pertama menginjak daratan.
Penemuan logam langka bumi bernama hafnium bercampur dengan kristal zirconium di Jack Hills, pegunungan di Australia Barat, merupakan indikasinya. Bebatuan di pegunungan itu dianggap paling tua di dunia (diperkirakan berumur 4,4 miliar tahun). Peneliti menggunakan analisa radiosotope untuk melihat apakah lapisan kontinental bumi sudah terbentuk pada 4,4 – 4,5 miliar tahun lalu. Lapisan kontinental berbeda dengan samudra menurut struktur dan ketebalannya. Dulu diperkirakan lapisan kontinental perlahan meleleh ke lapisan samudra.

“Sepertinya bumi terbentuk dalam sekejab mata,” kata salah satu peneliti, Dr. Steven Moses dari Universitas Colorado. “Jika teori ini terbukti benar, semua konsep hari ini tentang terbentuknya bumi harus diperbaharui. Mungkin para peneliti harus belajar dari peradaban Atlantis dan nenek moyang lainnya yang mana ceritanya dianggap sebagai fiksi belaka sebelumnya. Diperkirakan bahwa bentuk kehidupan protein muncul di bumi beberapa miliar tahun yang lalu, kemungkinan peradaban itu tidak kelihatan idealis,” kata peneliti.
            “Puluhan ragam teori tentang asal mula bumi bermunculan dalam sejarah ilmu pengetahuan yang panjang,” kata Valery Rudukov, senior peneliti dari Institute of Physic of Earth dibawah Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia. Teori Buffon dulu cukup popular pada awal abad yang lalu. Menurut teorinya, matahari dulu adalah bongkahan putih-panas ketika bertabrakan dengan komet. Tabrakan ini menghasilkan bongkahan besar panas matahari sehingga menjadi hancur dan berpencaran menjadi beberapa bagian.
Bagian-bagian ini kemudian membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari dikarenakan daya sentrifugal dan sentripetal. Menurut teori Buffon, planet-planet mungkin bagian dari benda perbintangan yang bercahaya karena itu mungkin dari mulanya sudah bisa mengeluarkan cahaya. Penurunan temperatur secara perlahan mengakibatkan pembentukan dan evolusi kehidupan. Tetapi, teori yang sama mengatakan bahwa temperatur akan terus menurun. Semua kehidupan organisme yang terbentuk akan semakin berkurang dan musnah pada akhirnya karena proses pendinginan,” kata Dr. Rudakov.
Banyak peneliti menentang teori Buffon. Peneliti yang lainnya mempunyai ide yang berbeda mengenai asal mula kehidupan. Teori perpindahan benua dan beberapa yang lainnya dulu dianggap yang paling benar di jamannya. Tapi tidak satu teori pun dapat menjelaskan bagaimana sesuatu dapat terbentuk miliaran tahun yang lalu. Hipotesa yang berani dari para peneliti Eropa mungkin akan memberikan secercah cahaya mengenai banyak hal.
(Sumber:The Epoch Times)

Senin, 23 Mei 2011

Dimetrodon



Dimetrodon adalah sejenis synapsida ('mamalia mirip reptil'),  Ia merupakan genus yang berkuasa selama Periode Premian. Dimetrodon hidup antara 280-265 juta tahun lalu. Ia lebih berhubungan dekat dengan mamalia dibandingkan reptilia seperti kadal.



Dimetrodon juga bukan dinosaur, walaupun umumnya dikelompokkan dengan mereka. Sebaliknya, ia diklasifikasikan sebagaipelycosaur. Dimetrodon orang tua yang telah ditemukan di Amerika Utara dan Eropa, serta penemuan jejak kaki Dimetrodon yang signifikan di selatan New Mexico oleh Jerry Macdonald.


Dimetrodon adalah predator dominan, dan salah satu yang terbesar di zamannya. Ia dapat tumbuh sepanjang 3 meter (10 kaki. Nama Dimetrodon berarti 'dua ukuran gigi', dikarenakan ia memiliki tengkorak besar dengan dua jenis gigi yang berbeda, tidak seperti reptil. Dimetrodon berjalan dengan empat kaki di samping tubuhnya dan memiliki ekor berukuran besar, diduga Dimetrodon berjalan dengan cara yang sama seperti kadal modern.

Dimetrodon memiliki sirip yang penuh dengan pembuluh darah, mungkin saja digunakan untuk mengatur suhu tubuhnya. Permukaan kulitnya juga memudahkannya untuk menghangatkan atau menyejukkan tubuhnya lebih efisien. Adaptasi ini penting karena dapat menambah waktu berburunya. Sirip ini mungkin juga dipakai untuk menarik pasangan atau memperingatkan pemangsa lain. Sirip ini juga di topang oleh urat syaraf yang masing-masing tumbuh dari tulang belakangnya. Bramwell dan Fellgett (1973) memperhitungkan bahwa Dimetrodon seberat 200 kg dapat menigkatkan suhu tubuhnya dari 26 °C sampai 32 °C dalam 205 menit tanpa sirip dan hanya 80 menit dengan sirip.

Coelacanth

Coelacanth (artinya "duri yang berongga", dari perkataan Yunani coelia, "κοιλιά" (berongga) danacanthos, "άκανθος" (duri). Coelacanth adalah nama ordo (bangsa) ikan yang antara lain terdiri dari sebuah cabang evolusi tertua yang masih hidup dari ikan berahang. Coelacanth diperkirakan sudah punah sejak akhir masa Cretaceous 65 juta tahun yang lalu, sampai sebuah spesimen ditemukan di timur Afrika Selatan, di perairan sungai Chalumna tahun 1938. Sejak itu Coelacanth telah ditemukan di Komoro, perairan pulau Manado Tua di Sulawesi, Kenya, Tanzania, Mozambik, Madagaskar dan taman laut St. Lucia di Afrika Selatan. Di Indonesia, khususnya di sekitar Manado, Sulawesi Utara, spesies ini oleh masyarakat lokal dinamai ikan raja laut.


Sampai saat ini, telah ada 2 spesies hidup Coelacanth yang ditemukan yaitu Coelacanth Komoro, Latimeria chalumnae dan Coelacanth Sulawesi (manado), Latimeria menadoensis.
Hingga tahun 1938, ikan yang berkerabat dekat dengan ikan paru-paru ini dianggap telah punah semenjak akhir Zaman Cretaceous, sekitar 65 juta tahun yang silam. Sampai ketika seekor coelacanth hidup tertangkap oleh jaring hiu di muka kuala Sungai Chalumna, Afrika Selatan pada bulan Desember tahun tersebut. Kapten kapal pukat yang tertarik melihat ikan aneh tersebut, mengirimkannya ke museum di kota East London, yang ketika itu dipimpin oleh Nn. Marjorie Courtney-Latimer. Seorang iktiologis (ahli ikan) setempat, Dr. J.L.B. Smith kemudian mendeskripsi ikan tersebut dan menerbitkan artikelnya di jurnal Nature pada tahun 1939. Ia memberi nama Latimeria chalumnae kepada ikan jenis baru tersebut, untuk mengenang sang kurator museum dan lokasi penemuan ikan itu.
Pencarian lokasi tempat tinggal ikan purba itu selama belasan tahun berikutnya kemudian mendapatkan perairan Kepulauan Komoro di Samudera Hindia sebelah barat sebagai habitatnya, di mana beberapa ratus individu diperkirakan hidup pada kedalaman laut lebih dari 150 m. Di luar kepulauan itu, sampai tahun 1990an beberapa individu juga tertangkap di perairan Mozambique, Madagaskar, dan juga Afrika Selatan. Namun semuanya masih dianggap sebagai bagian dari populasi yang kurang lebih sama.
Pada tahun 1998, enam puluh tahun setelah ditemukannya fosil hidup coelacanth Komoro, seekor ikan raja laut tertangkap jaring nelayan di perairan Pulau Manado Tua, Sulawesi Utara. Ikan ini sudah dikenal lama oleh para nelayan setempat, namun belum diketahui keberadaannya di sana oleh dunia ilmu pengetahuan. Ikan raja laut secara fisik mirip coelacanth Komoro, dengan perbedaan pada warnanya. Yakni raja laut berwarna coklat, sementara coelacanth Komoro berwarna biru baja.